KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat limpahan karunianya, penulis dapat
meyelesaikan makalah yang berjudul “Kemandirian Bangsa Untuk Meningkatkan
ketahanan Nasional” dengan lancar. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
softskill mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai kalangan para pembaca, penulis terima dengan tangan terbuka guna
menyempurnakan pembuatan makalah dikemudian hari.
Hanya ini yang dapat
penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Depok,
29 Mei 2014
Penulis : Vickry (17212572) KELAS 2EA11
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..................................................................................................
ii
Daftar Isi
............................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan
............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
.............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
........................................................................................
2
1.3 Tujuan
..........................................................................................................
2
BAB II Pembahasan
..........................................................................................
3
BAB III Penutup
...............................................................................................
10
3.1 Kesimpulan
..................................................................................................
10
3.2 Saran
............................................................................................................
10
Referensi
.............................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengertian & Arti
Definisi Ketahanan Nasional Bangsa Negara indonesia
Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu
suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan
ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara
langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan
nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang
kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi
ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan,
dan daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional.
Kondisi atau situasi
dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-ubah tidak statik.
Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya. Karena
itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan
kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah yang disebut dengan sifat
dinamika pada ketahanan nasional.
Kata ketahanan
nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-sumber lainnya.
Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya. Untuk mengetahui ketahanan nasional,
sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan nusantara. Ketahanan nasional
merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa, yang didalamnya
terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional.
Kekuatan ini
diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan,
keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi
ancaman-ancaman tersebut dari dalam ataupun dari luar.
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan
seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan
pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui
ancaman kelaparan.
Ketahanan pangan merupakan ukuran
kelentingan terhadap gangguan di masa depan atau ketiadaan suplai pangan
penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan,
kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya.
Penilaian ketahanan pangan dibagi menjadi keswadayaan atau keswasembadaan
perorangan (self-sufficiency) dan ketergantungan eksternal yang membagi
serangkaian faktor risiko.
Meski berbagai negara sangat
menginginkan keswadayaan secara perorangan untuk menghindari risiko kegagalan
transportasi, namun hal ini sulit dicapai di negara maju karena profesi
masyarakat yang sudah sangat beragam dan tingginya biaya produksi bahan pangan
jika tidak diindustrialisasikan. Kebalikannya, keswadayaan perorangan yang
tinggi tanpa perekonomian yang memadai akan membuat suatu negara memiliki
kerawanan produksi.
World Health Organization
mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan,
akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki
sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan
memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan
pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan
pangan dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO menambahkan komponen
keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang
panjang.
Kebijakan sebuah negara dapat
mempengaruhi akses masyarakat kepada bahan pangan, seperti yang terjadi di
India. Majelis tinggi India menyetujui rencana ambisius untuk memberikan
subsidi bagi dua pertiga populasi negara itu. Rancangan Undang-Undang Ketahanan
Pangan ini mengusulkan menjadikan pangan sebagai hak warga negara dan akan
memberikan lima kilogram bahan pangan berharga murah per bulan untuk 800 juta
penduduk miskinnya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.
Bagaimana cara Meningkatkan ketahanan pangan
nasional ?
2.
Mengapa ketahanan pangan sangat penting bagi
bangsa Indonesia ?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai
dalam makalah ini adalah
1.
Mengetahui penting nya ketahanan nasional khusus
nya ketahanan pangan bagi Bangsa Indonesia
2.
Mengetahui cara meningkatkan ketahanan pangan
nasional
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ketahanan Pangan
Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami
perkembangan sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahum 1943 yang
mencanangkan konsep secure, adequate and suitable supply of food for everyone”.
Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi
dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses semua
orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at
all times to sufficient food for a healthy life). Studi pustaka yang dilakukan
oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator tentang
ketahanan pangan (Weingärtner, 2000). Berikut disajikan beberapa definisi
ketahanan yang sering diacu :
1.
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup,
baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
2. USAID
(1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik
dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan
produktif.
3. FAO (1997)
: situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi
untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga
tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
4. FIVIMS
2005: kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan
ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi
kehidupan yang aktif dan sehat.
5. Mercy
Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses
fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi
untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :
a.
Berorientasi pada rumah tangga dan individu.
b. Dimensi
watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses.
c. Menekankan
pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan social.
d. Berorientasi
pada pemenuhan gizi.
e. Ditujukan
untuk hidup sehat dan produktif.
2. Meningkatkan Ketahanan Pangan di
Masyarakat
Pembangunan ketahanan pangan pada hakekatnya adalah
pemberdayaan masyarakat, yang berarti meningkatkan kemandirian dan kapasitas
masyarakat untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, distribusi dan
konsumsi pangan dari waktu ke waktu. Masyarakat yang terlibat dalam pembangunan
ketahanan pangan meliputi produsen, pengusaha, konsumen, aparatur pemerintah,
perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat.
Berbagai upaya pemberdayaan untuk peningkatan kemandirian
masyarakat khususnya pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui :
Pertama, pemberdayaan dalam pengembangan untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama
dengan penyuluh dan peneliti. Teknologi yang dikembangkan harus berdasarkan
spesifik lokasi yang mempunyai keunggulan dalam kesesuaian dengan ekosistem
setempat dan memanfaatkan input yang tersedia di lokasi serta memperhatikan
keseimbangan lingkungan.
Kedua, penyediaan fasilitas kepada masyarakat hendaknya
tidak terbatas pengadaan sarana produksi, tetapi dengan sarana pengembangan
agrobisnis lain yang diperlukan seperti informasi pasar, peningkatan akses
terhadap pasar, permodalan serta pengembangan kerjasama kemitraan dengan
lembaga usaha lain.
Ketiga, Revitalitasasi kelembagaan dan sistem ketahanan
pangan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan.
Pemanfaatan potensi bahan pangan lokal dan peningkatan spesifik berdasarkan budaya
lokal sesuai dengan perkembangan selera masyarakat yang dinamis.
3. Pangan Alternative
Untuk menuju ketahanan pangan diperlukan keberanian mengubah
pola konsumsi dan melakukan diversifikasi pangan. Potensi ketersediaan singkong yang melimpah
di bumi nusantara ini bisa menjadi alternatif
andalan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan surplus beras sebesar 10
juta ton pada tahun 2014 yang akan datang
Memang, pemerintah
tak pernah patah arang untuk terus menjaga dan mempertahankan ketahanan pangan
nasional, baik dengan menjamin
ketersediaan pasokan dan aksesibilitas pangan, serta stabilisasi harga pangan
di dalam negeri.
Namun, terus
bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi yang berlebihan, tanpa diiringi
peningkatan produksi pangan, dikhawatirkan bisa menjadi salah satu faktor yang
melemahkan ketahanan pangan nasional.
Untuk diketahui, saat
ini jumlah konsumsi beras Indonesia berkisar dua kali lebih besar dari beberapa
negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam misalnya. Tercatat, kebutuhan
beras kita saat ini mencapai 130-140 kilo gram per orang per tahun. Padahal,
kebutuhan beras di Asia Tenggara saja hanya mencapai 70 kilogram (kg) per orang
per tahun.
Kondisi itupula yang
dinilai menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras pada tahun 2011 lalu
sebanyak 2,75 juta ton untuk menutupi kekurangan stok dari produksi beras lokal
Indonesia yang hanya mencapai 65,4 juta ton.
Melihat kondisi
tersebut, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan akhir-akhir ini terus mewacanakan
pentingnya mengubah pola konsumsi masyarakat dengan melakukan diversifikasi
pangan. "Mulailah kita mensubtitusi beras dengan singkong, ubi, dan bahan
pangan lainnya," paparnya dalam berbagai kesempatan.
Mendag menegaskan,
diversifikasi pangan harus dilakukan karena Indonesia termasuk konsumen
terbesar di Indonesia yaitu 140 kg per orang per tahunnya. Menurutnya, bila
Indonesia bisa mengurangi konsumsi berasnya sampai 100 kg per orang saja maka
hal itu sudah bisa melakukan penghematan sebesar 10 juta ton.
"Saya sekarang
sudah mulai kurangi konsumsi beras. Saya makan singkong setiap hari. Berat
badan saya jadi turun delapan kilogram,” tuturnya memberi motifasi menjadi
pembicara pada acara Jakarta Food Security Summit Feed Indonesia Feed The
World,di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2012)
lalu.
Mengapa singkong?
Salah jenis bahan
makanan yang akhir-akhir ini terus dikampanyekan oleh Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan sebagai makanan pokok alternatif untuk menggantikan beras adalah
singkong.
Dan ternyata banyak
sekali nilai strategis yang dimiliki singkong bila berhasil dijadikan makanan
pokok pengganti beras. Selain telah menjadi makanan pokok ketiga setelah beras
dan jagung, singkong merupakan salah satu tanaman ubi-ubian yang sangat mudah
ditanam di Indonesia. Bahkan, dari sisi kandungan, singkong juga mempunyai
kadar Karbohidrat yang lebih tinggi dengan nasi putih.
Dari segi ekonomi,
terciptanya perubahan pola konsumsi masyarakat dari beras ke singkong atau ubi
ini ke depannya juga diharapkan bisa menciptakan
keseimbangan antara supply dan demand. “Kalau sekarang kita sudah bisa merubah
pola konsumsi, dari beras ke singkong, maka turun 100 kilogram saja, kita sudah
bisa mengekspor beras,” ujarnya.
Bicara soal merubah
pola konsumsi. Menteri perdagangan menambahkan, bahwa. Melakukan diversifikasi
pangan juga bisa menjadi solusi, dalam mengatasi segala permasalahan pangan.
Demi merealisasikan target swasembada pangan pada 2014 mendatang. Sesuai dengan
peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2009 mengenai percepatan penganekaragaman
pangan berbasis sumber daya lokal.
Gita Wirjawan, begitu
serius menganjurkan masyarakat untuk dapat merubah pola konsumsinya ke
singkong. Pria 46 tahun lulusan Universitas Harvard. Dan pernah menjabat
sebagai direktur utama JP Morgan Indonesia ini mengaku sudah memperaktekkan
sendiri dalam kehidupannya. “Ayah saya dulu terkena diabetes, makanya saya
sekarang berusaha mengurangi konsumsi nasi. Pagi saya sarapan singkong dan
siang harinya saya mengkonsumsi nasi merah. Tidak ada yang aneh, malah saya
merasa sehat”. Bahkan dia mencontohkan beberapa daerah di Indonesia yang
menjadikan singkong sebagai makanan pokok. Namun, tetap bisa hidup sehat dan
nyaman.
Singkong: Makanan Sehat yang Ekonomis
Saat ini, singkong
boleh dikatakan termasuk golongan secondary corps atau komoditi kelas dua.
Padahal, tanaman yang nama latinnya Menihot Utilissima ini memiliki kadar
Karbohidrat yang lebih tinggi dengan nasi putih.
Dalam per 100 gram
singkong itu meliputi: Kalori 121 kal, Air 62.50 gram, Fosfor 40.00 gram,
Karbohidrat 34.00 gram, Kalsium 33.00 miligram, Vitamin C 30.00 miligram,
Protein 1.20 gram, Besi 0.70 miligram, Lemak 0.30 gram, Vitamin B1 0.01
miligram. Sementara pada kulit batangnya mengandung Tannin, Enzim Peroksidase,
Kalsium Oksalat, dan Glikosida.
Yang menarik, tanaman
ini pun sangat mudah dibudidayakan secara massal. Sebab, selain tanaman ini
cocok dengan kultur tanah Indonesia, proses penanamannya pun tidak terlalu
sulit. Bahkan, tanaman ini sangat kebal dari serangan hama penyakit.
Dari segi ekonomi,
singkong pun bisa menjadi komoditas penting. Yakni, tidak hanya untuk kebutuhan
konsumsi saja, tetapi juga bisa menjadi bahan baku sejumlah industry, baik
industri besar maupun industri rumahan.
Adapun bagi petani,
kemudahan penanaman singkong ini juga bisa mendatangkan keuntungan tersendiri.
Terbukti, membaiknya harga singkong beberapa waktu terakhir ini telah mendorong
sejumlah petani di beberapa daerah
menanami lahannya dengan singkong.
Di Lampung misalnya,
setiap tahunnya luas areal panen singkong meningkat. Pada 2011 luas areal panen
mencapai 361.538 Ha, dengan jumlah produksi 9.017 juta ton. Sedangkan pada 2012
ini targetnya menjadi 371.485 Ha, dan diharapkan dapat menaikkan jumlah
produksi hingga 3.70% atau 9.350 juta ton. Harga singkong di Lampung Utara saat
ini berkisar Rp 800/kg sampai Rp 860/kg.
Di Provinsi Banten,
menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat dilaporkan produksi
singkongnya dari tahun 2003 sampai 2010 lalu sebesar 115 ribu ton pertahun. Dan
di tahun 2012 ini, produktivitas singkong ditargetkan naik sebesar 172 ribu
ton. Adapun harganya, saat ini harga singkong di Provinsi Banten berkisar Rp
500 per kilogram.
Sedangkan untuk
Daerah Istimewa Yogyakarta. Produksi singkong di tahun 2011 mengalami penurunan
dari dua tahun sebelumnya. Dimana pada 2010 produksi singkong mencapai
1.114.665 juta ton. Dan 1.047.684 juta ton pada 2009. Bandingkan dengan jumlah
produksi singkong pada 2011 lalu yang hanya 867.596 ton. Dengan harga Rp 700-Rp
900 per kilogramnya.
Sampai saat ini harga
singkong dibeberapa daerah memang cenderung naik turun. Tergantung jenis dan
aksesnya dari petani hingga pedagang eceran. Di Pasar Induk Cibitung, harga
singkong mencapai Rp 1500 per kilogramnya. Dari penelusuran Infon PDN, singkong
di Pasar Induk Cibitung ini biasa dipasok dari Sukabumi. Sedangkan harga dari
pengepulnya berkisar Rp 900-Rp 1000 per kilogram.
Membaca Kebutuhan Singkong
Kebutuhan singkong
dunia mencapai 220 juta ton per tahun. Ini juga bisa menjadi peluang tersendiri
bagi Indonesia yang selama ini juga dikenal di dunia internasional sebagai
negara penghasil singkong. Mengapa demikian?
Pasalnya, sejumlah
negara saat ini tengah mengembangkan industri tekhnologi berbasis singkong.
Kita ambil contoh China misalnya, saat ini negara ini sedang memacu penggunaan
etanol bahan bakar yang bersumber dari singkong. Hal ini menumbuhkan potensi
ekspor Indonesia pun bisa mencapai US$ 20 miliar bila China terus melakukan
mengembangkan proyek etanolnya.
4. Program Pemerintah
Sejalan dengan permasalahan, peluang dan paradigma baru
pemantapan ketahanan pangan, strategi yang dikembangkan dalam upaya pemantapan
ketahanan pangan adalah :
1) Pengembangan
kapasitas produksi pangan nasional melalui rehabilitasi kemampuan, optimalisasi
pemantapan dabn pelestarian sumberday alam yaitu : lahan, air dan perairan.
2) Peningkatan
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat menuju terwujudnya ketahanan pangan
rumah tangga, serta perilaku sadar gizi.
3) Pengembangan
agribisnis pangan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
tersentralisasi dengan pengertian sebagai berikut :
a. Berdaya saing
tinggi, yang diupayakan melalui peningkatan efisiensi dengan memanfaatkan
inovasi dan teknologi, peningkatan produktivitas dan nilai tambah, serta
penajaman orientasi pasar.
b. Berkerakyatan,
yaitu memfasilitasi peluang yang lebih besar bagi masyarakat luas untuk
berpartisipasi dalam usaha kecil dan menengah, dengan mendaya gunakan
sumberdaya yang dimilikinya.
c. Berkelanjutan,
diupayakan melalui peningkatan dan pemeliharaan kapasitas sumberdaya alam,
penerapan teknologi ramah lingkungan dan pengembangansistem
distribusikeuntungan yang adil.
d.
Tersentralisasi, yang berarti keputusan tentang hal-hal yang terkait
dengan pengelolaan sumberdaya daerah untuk meningkatkan ketahanan pangan berada
ditangan masyarakat bersama Pemerintah Daerah, dalam rangka mendorong
pendayagunaan keunggulan sumberdaya daerah sesuai referensi masyarakat di
daerah yang bersangkutan.
4) Pengembangan dan
peningkatan intensitas jaringan kerjasama lintas pelaku, lintas wilayah dan
lintas waktu dalam suatu sistem koordinasi guna mensinergikan kebijakan,
program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan.
5) Peningkatan
efektifitas dan kualitas kinerja pemerintah dalam menfasilitasi masyarakat
berpartisipasi dalam pemantapan ketahanan pangan.
Penting nya ketahanan pangan bangsa Indonesia antara lain :
·
Menghadapi pasar global di kawasan ASEAN
·
Ketahanan Pangan dan Kepentingan Politik
·
Ketahanan pangan harus kokoh menuju masyarakat
ekonomi ASEAN 2015
·
Ketahanan pangan bisa membawa bangsa yang lebih
sejahtera
1. Menghadapi pasar global di kawasan ASEAN
Pemerintah
harus segera mempersiapkan diri untuk menghadapi pasar liberal komoditas
pangan, di antaranya dengan menyiapkan hambatan nontarif seperti Standar
Nasional Indonesia, pembatasan pintu masuk impor, serta persyaratan terkait
penyakit.
Dengan
demikian, komoditas pangan yang masuk ke Indonesia dan dikonsumsi masyarakat
benar-benar berkualitas dan aman. Sudah waktunya pemerintah memperkuat daya
saing produk pangan sehingga komoditas pertanian tersebut siap bersaing dan
memiliki keunggulan komparatif. Sejauh ini, untuk komoditas beras, Indonesia
masih tertinggal dari Thailand dan Vietnam yang sudah mampu menjadikan beras
berada dalam sistem yang terintegrasi, mulai penanaman, panen, pengeringan,
hingga pengolahan.
Sistem
tersebut mampu menekan angka kehilangan panen yang selama ini masih menjadi
momok bagi tanaman padi di Indonesia. Persiapan Sektor Pertanian menghadapi AEC
2015. Dalam menghadapi AEC 2015 seluruh lini termasuk produk pertanian harus
memperhatikan 3 hal penting yaitu : 1. Peningkatan Daya Saing (peningkatan
produktifitas, distribusi, infrastruktur, perbankan, efisiensi regulasi dll) 2.
Pengamanan Pasar Domestik (mis: lebih mencintai produk lokal), dan 3. Penguatan
Ekspor dengan memperhatikan 3 K (kualitas, kuantitas dan kontinyuitas).
2. Ketahanan pangan dan kepentingan Politik
Keamanan Pangan & Tata Kelola Pangan harus dikawal dengan
politik pangan yang memihak kepentingan dalam negeri. Pemerintah harus
menggerakkan semua komponen kekuatan nasional untuk melaksanakan kebijakan
keamanan pangan .
Pemerintah harus mewujudkan akuntabiltas dan pengendalian
untuk memastikan kepatuhan semua komponen kekuatan nasional dalam mengimnplementasikan
kebijakan keamanan pangan. Pemerintah harus mampu dan mau mengambil langkah
korektif bila sasaran kebijakan tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu.
Pemerintah harus membuat kerangka regulasi dan langkah administratif untuk
meningkatkan ketersediaan pangan, akses, dan kualitas.
3. Ketahanan pangan harus kokoh menuju
masyarakat ekonomi ASEAN 2015
Menghadapi pasar global ASEAN, perlu disiapkan komoditi
pertanian yang menjadi andalan dalam perdagangan regional. Kita harus memilah
dari sekian banyak produk dan komoditi pertanian tersebut yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Selain itu, kita juga harus menyiapkan produk pertanian andalan
yang mampu bertahan dalam pasar domestik, dan juga produk yang mampu menyerang
di pasar regional dan global.
Selain itu pembangunan jangka menengah yaitu bersama – sama
memberikan penguatan kelembagaan dan usaha pada sektor input maupun produksi
dalam skala sedang, sedangkan untuk skala kecil perlu diperbaiki kelembagaan
dan organisasi skala kecil sehingga mampu memberikan efisiensi ekonomi dalam
produksinya.
4. Ketahanan pangan bisa membawa bangsa yang
lebih sejahtera
Sistem pangan nasional harus dibangun menuju ketahanan pangan
nasional yang berbasis pada penyediaan pangan di tingkat individu. Paradigma
baru dalam pembangunan sistem pangan nasional ini akan menjamin ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga, lokal, regional, dan nasional. Meskipun
demikian, mengingat kompleks permasalahan yang tercakup, ketahanan pangan di
kelima jenjang itu hendaknya dibangun secara bersamaan.
Ketahanan pangan
nasional bermakna pengadaan pangan nasional, dan distribusi pangan nasional.
Kedua makna ini menuntut adanya kebijakan pangan secara nasional yang dipegang
wewenangnya oleh pemerintah pusat dan kebijakan pangan secara regional, lokal,
rumah tangga, dan individu yang dipegang wewenangnya oleh pemerintah daerah
otonom (kabupaten/kota, yang berfungsi rowing).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketahanan pangan merupakan basis utama dalam mewujudkan
ketahanan ekonomi, ketahanan nasional yang berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan sinergi dan
interaksi utama dari subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi, dimana
dalam mencapai ketahanan pangan dapat dilakukan alternatif pilihan apakah
swasembada atau kecukupan. Dalam pencapaian swasembada perlu difokuskan pada
terwujudnya ketahanan pangan.Dalam pengembangannya, teknologi pangan diharapkan
mampu memfasilitasi program pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, serta
dapat secara efektif mendukung kebijakan strategi ketahanan pangan.
3.2 Saran
Kita sebagai masyarakat yang hidup dalam suatu negara
seharusnya sadar betapa penting nya ketahanan pangan nasional dan seharusnya
kita juga harus tahu bagaimana cara meningkatkan ketahanan pangan nasional ,
agar tercipta sebuah negara yang makmur dan sejahtera. Dan seharusnya
pemerintah menjalani program-program meningkatkan ketahanan pangan dengan benar
agar semua masyarakat dapat mengerti dan paham tentang betapa pentingnya
ketahanan pangan nasional itu.
REFERENSI
google search