About


Breaking News

BThemes

Blogger templates

Banner Link Gunadarma

Blogroll

BTricks


Mau punya buku tamu seperti ini?
Klik disini

Thursday, January 8, 2015

Jurnal Perilaku Konsumen

JURNAL PERILAKU KONSUMEN



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN DALAM  MEMBELI /MENGKONSUMSI BUAH LOKAL


I.  Pendahuluan

Pemasar harus berusaha untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya dan bagaimana ia mengambil keputusan.  Sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.  Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar.  Persaingan yang ketat antar merek dan produk menjadikan konsumen memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar-menawar (Sumarwan, 2003). 

Pendekatan komoditas yang berfokus pada self sufficiency harus mulai digeser menjadi pendekatan agribisnis yang sarat dengan penciptaan nilai tambah dan berorientasi pada keuntungan.  Pendekatan kecukupan pangan yang berorientasi pada produksi  pangan hendaknya mulai digeser pada ketahanan pangan yang berorientasi pada ketersediaan dan daya beli masyarakat.  Dengan demikian, pendekatan produksi bukanlah satu-satunya pendekatan yang mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat (Sa’id, 1999).  Kebutuhan dan selera konsumen akan terpenuhi manakala ketersediaan produk dan daya beli masyarakat juga mampu mengatasinya.

Usaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen buah-buahan tercermin dengan semakin membanjirnya buah impor baik dari ragam jenis buah maupun volumenya.  Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal., persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemerintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk.  Namun krisis moneter menyebabkan buah impor semakin mahal dan semakin berkurang ketersediaannya di pasar.  Sebaliknya pada saat yang sama, buah lokal  semakin banyak tersedia di pasar dengan harga yang bersaing, oleh karenanya krisis moneter seharusnya dapat menjadi momentum yang tepat untuk merencanakan pengembangan buah lokal sebagai komoditas unggulan untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri.

Konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam sisem agribisnis.  Menurut Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa tumbuhnya sektor agribisnis akan ditentukan oleh seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk-produk agribisnis.  Memahami perilaku konsumen buah-buahan merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis.  Informasi ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk  merencanakan produksi, mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (1993) antara lain adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.  Budaya merupakan salah satu penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar dan sesungguhnya seluruh masyarakat memiliki stratifikasi sosial dimana kelas sosial menunjukkan pilihan terhadap produk dengan merek yang berbeda-beda.  Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik/ciri-ciri pribadinya, terutama yang berpengaruh adalah umur dan tahapan dalam siklus hidup pembeli, pekerjaannya, keadaan ekonominya, gaya hidupnya, pribadi dan konsep jati dirinya.  Pilihan membeli seseorang juga akan dipengaruhi faktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, proses belajar, dan kepercayaan dengan sikap.

Berdasarkan latar belakang, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor-faktor   apa sajakah yang  berpengaruh  terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi/ membeli   buah, serta faktor apa sajakah yang dominan berpengaruh ?

2. Tujuan Penelitian  :
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
Menganalisis   pengaruh  faktor-faktor  
1). Budaya,  
2). Lingkungan sosial; 
3). Individu;
4). Psikologis;
5). Strategi pemasaran terhadap   perilaku  konsumen  dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal dan buah impor serta melihat faktor-faktor mana yang dominan.

3.  Perilaku Konsumen Buah  
Engel et al (1993), berpendapat bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.  Jadi perilaku konsumen pada hakekatnya adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen didalam membeli produk antara lain adalah  faktor budaya, sosial, pribadi (perbedaan individu), psikologis dan strategi pemasaran  (Kotler, 1993 dan Engel et al, 1995). Faktor-faktor tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 1.  berikut ini.

 Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut kemudian dijabarkan dalam model yang lebih lengkap dengan masing-masing factor diukur melalui dimensi dan indicator, yang terdiri dari endogenous laten variables dan eksogenous laten variables seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini.



 
 Gambar 2. Model Fakor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Buah Lokal
 

4.  Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi  perilaku konsumen   buah-buahan  kota Surabaya serta sekaligus menganalisis daya saing buah (lokal terhadap impor) atas dasar  nilai sikap kepercayaan konsumen terhadap masing-masing buah (apel; jeruk dan anggur). Sehingga lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, sebaran lokasi penelitian  adalah lokasi tujuan pemasaran  buah dengan sasaran konsumen akhir, yaitu Kota Surabaya. 
Jumlah responden  sebanyak 140 responden, ditentukan secara accidental yaitu mewawancarai  konsumen buah dengan kriteria : 1). Penggemar (senang) makan buah-buahan; 2). Pembeli rutin buah minimal satu bulan sekali; 3). Mewakili keluarga dan 4). Keluarga memiliki penghasilan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan instrumen penelitian:

·         Analisis Data

Tujuan penelitian ini  dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan  piranti lunak (soft ware) AMOS.

5.  Hasil Penelitian 
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa variable-variabel: 1). Budaya; 2).  Lingkungan Sosial; 3). Individu; 4). Psikologis Konsumen dan 5). Strategi Pemasaran berpengaruh signifikan positip terhadap perilaku sikap konsumen buah lokal maupun buah impor.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabiltas (p) dikatakan signifikan jika critical ratio (CR) > 1,96 (Ferdinand, 2002). Berdasarkan hasil analisis dengan SEM yang sudah dimodifikasi indeks 39 kali diperoleh nilai koefisien jalur dan critical ratio pada Tabel 24 berikut ini.
Jalur
Koefisien
Critical Ratio
Keterangan
Hipotesis
Sikap    Budaya
0,544
7,274
Signifikan
diterima
Sikap    
Lingkungan
Sosial
-0,211
-1,171
Tidak Signifikan
ditolak
Sikap    Individu
0,061
0,452
Tidak Signifikan
ditolak
Sikap    




psikologi
konsumen
0,439
3,412
Signifikan
diterima
Sikap    strategi bauran Pemasaran
0,225
1,690
Tidak Signifikan
ditolak
Tabel 1.  Koefisien Jalur dan Critical Ratio Sikap Konsumen Terhadap Buah Lokal

A.     Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Konsumen

Hasil uji hipotesis pada Tabel 24. di atas  ternyata memperlihatkan bahwa dengan nilai critical ratio (CR) 7,274 lebih besar dari 1,96, sehingga dapat dikatakan berpengaruh positip signifikan. Besarnya nilai pengaruh budaya terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,544 atau 54,40 % persen. Budaya yang berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa perubahan ‘tata nilai’; ‘kebiasaan’ dan semakin berkembangnya ‘budaya popular’ dalam mengkonsumsi /membeli buah maka mendorong semakin tinggi sikap konsumen dalam menilai atribut-atribut buah lokal.

B.     Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Sikap  Konsumen 

Hasil analisis untuk uji hipotesis pengaruh lingkungan sosial terhadap sikap kepercayaan konsumen menunjukkan bahwa nilai critical ratio (CR) -1,171 lebih kecil dari -1,96, sehingga tidak signifikan. Besarnya nilai pengaruh lingkungan sosial konsumen terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,211 atau 21,10 persen.  

Lingkungan sosial konsumen  yang tidak berpengaruh   signifikan terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa lingkungan sosial konsumen yang terdiri dari 1). Status sosial; 2).  Keluarga (anak; suami/istri) dan 3). Kelompok acuan (teman; tetangga dan ahli) tidak mempengaruhi dalam sikap konsumen untuk mengkonsumsi /membeli buah lokal.  Hal ini berarti bahwa konsumen tidak perlu mempertimbangkan status sosialnya dan tidak perlu untuk minta pendapat /pertimbangan kepada anak; suami/ istri; teman; tetangga dan para ahli dalam hal membeli buah, atau dengan kata lain pendapat dan saran keluarga; tetangga dan teman tidak berpengaruh nyata terhadap sikap kepercayaan dalam mengkonsumsi/ membeli buah lokal.

C.     Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Sikap Konsumen

Faktor karakteristik Individu konsumen yang tidak siknifikan terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa semakin tinggi perkembangan individu konsumen yang terdiri dari 1). Usia; 2). Pendidikan ; 3).  Pekerjaan ; 4). Pendapatan (income) dan 5). Gaya hidup konsumen maka tidak berpengaruh nyata terhadap sikap dalam membeli atau mengkonsumsi buah lokal. 

Karakteristik individu yang semakin mapan tidak mendorong sikap konsumen  untuk membeli/memilih buah lokal.  Konsumen cenderung meninggalkan buah lokal dan memilih buah impor yang dinilai lebih baik kualitasnya dan bergengsi.

D.     Pengaruh Psikologis Terhadap Sikap Konsumen

Hasil uji hipotesis ternyata dengan nilai critical ratio (CR) 3,412 lebih besar dari 1,96 sehingga berpengaruh positip signifikan.  Besarnya nilai pengaruh psikologis konsumen terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,439 atau 43,90  persen.  

Psikologis konsumen yang berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi, persepsi dan pengetahuan dalam hal produk buah lokal maka semakin   semakin tinggi sikap kepercayaan konsumen terhadap atribut-atribut buah lokal.  Secara psikologis konsumen sudah mengenal dan akrab dengan buah-buahan lokal, sehingga kedekatan itu mendorong konsumen untuk bersikap positip terhadap buah lokal.

E.     Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Sikap Konsumen

Hasil uji hipotesis tentang pengaruh strategi pemasaran terhadap sikap kepercayaan ternyata menunjukkan bahwa  nilai critical ratio (CR) 1,690 lebih kecil dari 1,96, sehingga tidak signifikan.  Besarnya nilai pengaruh ‘strategi pemasaran’ terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,225 atau 22,50 persen.  

Strategi pemasaran yang tidak berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa tidak terdapat upaya-upaya dalam bentuk  : 1). Strategi produk; 2). Strategi harga; dan 3). Strategi distribusi yang berpengaruh nyata terhadap mengkonsumsi /membeli buah maka semakin tinggi sikap konsumen dalam menilai atribut-atribut buah lokal.


KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap kepercayaan konsumen dalam membeli buah,   menunjukkan bahwa  :

  1.  Perubahan  ‘budaya’  maupun  peningkatan ‘psikologis’ konsumen, dapat meningkatkan secara nyata sikap-kepercayaannya dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal
  2. Konsumen  tidak  perlu mempertimbangkan   ‘Lingkungan  sosial’-nya  dalam membeli buah lokal dan   peningkatan karakteristik ‘individu’ konsumen  tidak menjadikan   sikap kepercayaannya meningkat dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal
  3. Konsumen  tidak  merasakan  adanya  ‘Strategi pemasaran’  yang  ditempuh perusahaan/ pemasar  yang dapat mendukung meningkatkan‘sikap-kepercayaan’-nya  dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal Saran
  4. Buah lokal perlu diperlakukan sebagai produk yang lebih dihargai  di negeri sendiri
  5. Daya saing buah lokal agar ditingkatkan melalui : strategi pemasaran dan peningkatan atribut.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001.  Sektor Pertanian sebagai Andalan Pembangunan Ekonomi Indonesia.  Buletin Agroekonomi, Volume 1, Nomor 4, Agustus 2001.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, , Departemen Pertanian, Jakarta.  

Engel J.F; Blackwell R. D. dan P.W. Miniard ,  1995.  Perilaku Konsumen.  Translation of   Consumer Behafior.  Six Edition.  The Dryden Press,  Chicago.  Diterbitkan Binarupa Aksara Jakarta.

Kotler, P.,  1993.  Manajemen Pemasaran.  Translation of Marketing Management  Analysis, Planning, Implematation, and Control.  Sevent Edition.  Prentice Hall International Inc.  Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Poerwanto, R., Susanto S., dan S. Setyati, H., 2002.  Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia.  Makalah Semiloka Nasional Pengembangan Jeruk Unggulan.  Bogor 10 – 11 2002.

Poerwanto, R.,  2003.  Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan.  Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura.  Fakultas Pertanian Bogor.  Institut Pertanian Bogor.

Read more ...

Wednesday, January 7, 2015

Tugas Softskill Perilaku Konsumen: Perilaku Konsumen terhadap belanja online





gundar.jpg
NAMA: VICKRY
NPM: 17212572
KELAS: 3EA11







Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
Berikut ini adalah wujud dari konsumen
Menurut Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan barang-barang dan jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu produk sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya
Perilaku Konsumen Terhadap Belanja Online
Konsumen digital Indonesia menikmati belanja online seiring dengan bertumbuhnya kepemilikan perangkat koneksi, dan jika menyangkut tentang bepergian (traveling), pembelian melalui online menjadi cara transaksi yang nyaman. Demikian menurut laporan hasil studi e-commerce yang baru-baru ini dirilis oleh Nielsen, perusahaan penyedia informasi dan insights konsumen.
The Nielsen Global Survey of E-Commerce mensurvei lebih dari responden yang memiliki akses internet di 60 negara untuk mempelajari intensi belanja online dari konsumen di seluruh dunia. Studi ini memberikan kejelasan mengenai intensi konsumen untuk membeli baik barang yang habis digunakan (consumable) maupun yang tidak habis digunakan (non-consumable) dalam lanskap e-commerce yang sedang bertumbuh.
Penemuan hasil survei ini mengungkapkan bahwa jasa travel adalah yang paling banyak direncanakan konsumen untuk dibeli secara online, bersama dengan  jasa penjualan tiket acara seperti tiket bioskop, pertunjukan, pameran dan pertandingan olahraga, dimana kategori-kategori tersebut termasuk ke dalam urutan lima teratas yang ingin dibeli konsumen secara online. Sekitar setengah dari konsumen Indonesia berencana untuk membeli secara online tiket pesawat (55%) serta melakukan pemesanan hotel dan biro perjalanan (46%) dalam enam bulan ke depan. Empat dari sepuluh konsumen (40%) berencana untuk membeli buku elektronik (ebook), hampir empat dari sepuluh konsumen berencana untuk membeli pakaian/aksesori/sepatu (37%), dan lebih dari sepertiga konsumen merencanakan untuk membeli tiket acara (34%) secara online. (Lihat Grafik 1).
 “Penetrasi internet di Indonesia telah meningkat sejak 2010. Saat ini, sekitar sepertiga dari populasi di kota-kota besar sudah memiliki akses ke internet dalam 3 bulan terakhir,” ujar Anil Antony, Executive Director, Consumer Insights, Nielsen Indonesia. “Seiring dengan hal tersebut, produk dan jasa dari para peritel e-commerce telah berubah secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dimana popularitas online shoppingtelah meningkat. Konsumen kini menggunakan sarana online dan semakin mencari saluran-saluran onlineuntuk meneliti dan membeli produk dan jasa yang mereka butuhkan dan inginkan.”
Jika menyangkut tentang perangkat yang paling sering digunakan untuk berbelanja online, penggunaan telepon genggam semakin populer. Indonesia berada dalam urutan peringkat teratas secara global dalam hal penggunaan telepon genggam untuk berbelanja online bersama dengan Filipina, Vietnam dan Thailand; dan semua negara di wilayah Asia Tenggara menghasilkan skor diatas rata-rata global. Lebih dari enam dari sepuluh konsumen Indonesia (61%) menyatakan akan paling banyak menggunakan telepon genggam untuk berbelanja online, sementara itu lebih dari setengah (58%) konsumen menyatakan akan menggunakan komputer. Penggunaan tablet sebagai sarana untuk mengakses situs-situs ritel online juga meningkat, dengan lebih dari sepertiga (38%) konsumen menyatakan mereka akan menggunakannya untuk berbelanja online. (Lihat Grafik 2).
“Penetrasi telepon genggam pada populasi umum di wilayah perkotaan Indonesia telah mencapai 88%. Sejauh ini kepemilikan perangkat tersebut merupakan salah satu faktor paling signifikan yang paling berpengaruh pada perilaku belanja pada konsumen.” Anil menekankan. “Meningkatnya kemakmuran, ketersediaan koneksitas dengan kecepatan tinggi dan penawaran-penawaran online yang semakin berkembang akan semakin memberikan pengaruh dalam tahun-tahun ke depan. Dengan pertumbuhan yang akan terus berlanjut ini, e-commerce menggambarkan peluang yang luarbiasa bagi para peritel online dan pemilik jasa operator untuk memperluas basis konsumen mereka. Kunci untuk tetap menjadi yang terdepan berada pada kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami keinginan konsumen, senantiasa mengikuti perkembangan perubahan perilaku online dan menerapkan taktik yang membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.”
Konsumen digital Indonesia menikmati online shopping, khususnya membaca ulasan dan mencari informasi mengenai produk dan jasa secara online karena mereka memandang internet sebagai sarana untuk mengecek produk/jasa dan memberikan informasi sebelum mereka melakukan pembelian secara offline. Namun demikian, keamanan kartu kredit tetap menjadi kekhawatiran utama. Konsumen sangat berhati-hati jika harus memberikan informasi mengenai kartu kredit mereka secara online. Enam dari sepuluh konsumen (60%) mengatakan bahwa mereka tidak bersedia memberikan informasi kartu kredit mereka secara online. Penghalang lain untuk belanja online adalah biaya pengiriman (50%) dan kebingungan mengenai cara berbelanja di situs yang ada (49%). (Lihat Grafik 3).
 “Berhubung kekhawatiran untuk memberikan informasi kartu kredit masih menjadi penghalang untuk berbelanja secara online, maka sangat penting bagi para peritel online untuk menjamin keamanan pembayaran untuk meraih kepercayaan konsumen.” tutur Anil.
Di semua negara di wilayah Asia Tenggara, kenyamanan berbelanja online yang ditawarkan bagi konsumen yang hanya memiliki waktu terbatas untuk berbelanja serta ketersediaan informasi produk, ulasan dan perbandingan harga merupakan pendorong utama dari online shopping. (Lihat Grafik 4).
 “Dengan melihat bagaimana konsumen kini melakukan ‘penjelajahan’ online sebelum melakukan pembelian secara offline, para peritel perlu memastikan agar mereka tidak mengabaikan dunia digital sebagai bagian dari keseluruhan strategi mereka untuk meraih konsumen.” pungkas Anil.

GRAFIK 1: KEINGINAN UNTUK MEMBELI PRODUK/JASA SECARA ONLINE DALAM ENAM BULAN KE DEPAN (TOP 5 TERATAS)
Chart 1 E-Commerce
Source: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014

GRAFIK 2: PERANGKAT YANG PALING SERING DIGUNAKAN UNTUK BERBELANJA ONLINE
Chart 2 E-Commerce
Source: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014
 CHART 3: KEKHAWATIRAN MENGENAI BELANJA ONLINE
Chart 3 E-Commerce
Source: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014
 GRAFIK 4: TIGA PENDORONG UTAMA UNTUK BERBELANJA ONLINE DI WILAYAH ASIA TENGGARA
Chart 4 E-Commerce
Source: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014
Ada 7 kesamaan umum yg terdapat pada jenis pembeli online Indonesia:

1.Penyuka gratisan.
Siapapun suka gratisan. Adanya gratisan di toko online anda, akan menjadi minat tersendiri untuk target.
Pengganti gratisan bisa menggunakan bonus saat belanja. Misalnya di kaskus, seringkali penjual memberikan bonus stiker Kaskus.
2. Penyuka Diskon/Voucher.
Terbukti meledak pada situs2 daily deals yg seringkali menawarkan produk dgn diskondan voucher.
Hindari naikkan harga baru didiskon kemudian. Ngecek harga sekarang tinggal googling. Kecuali produknya unik dan terbatas.
3. Search & search.
Setidaknya ada 10 hasil di halaman pertama diasil pencarian google. Jika salah satunya anda, siap bersaing dgn yg lain?
Itu kalo anda ada di page 1, bagaimana kalau tidak. Siap bersaing dengan dengan ratusan toko online yg lain?konsumen akan terus mencari.
Karenanya, pastikan toko anda TAMPIL MENARIK dgn penjelasan yg meyakinkan konsumen untuk memilih produk anda.
4. Harga Miring.
Setelah mendapat alternatif beberapa toko, harga terbaik akan menjadi pilihan konsumen.
Harga murah belum tentu jadi pilihan konsumen. Kalo harga produk anda sebanding dgn kualitasnya,konsumen pun gak segan.
5.Takut ditipu.
Kencenderungan ini tetap ada, walaupun tren online shopping sudah exist sejak bbrp tahun lalu.
Cara paling mudah untuk mendapat kepercayaan konsumen adalah exist di social media, dan bergabung di komunitas bisnis & wirausaha.
6. Apa kata teman.
Rekomendasi teman lebih menjaring konsumen ketimbang apa kata iklan.
Jika di twitter, usahakan bisa direkomendasikan oleh orang2 berpengaruh yg memiliki follower2 yg solid (bukan asal follower)
Jika di kaskus, usahakan direkomendasikan oleh moderator dan para ‘sesepuh’ kaskus.
Di toko online, dapatkan rekomendasi para pegusaha dan tokoh online yg popular.
7.Cuma tanya.
Yg ini tipe orang yg hanya ‘berkonsultasi’ kepada anda ttg produk. Siap sabar menghadapi karakter ini.
Gak jarang setelah berulang kali sms dgn anda, calon konsumen batal beli, karena dapat penawaran yg lebih baik di WAKTU BERSAMAAN.
Karenanya selain menjual, anda juga harus siap menjadi ‘konsultan ahli’ sesuai dgn produk anda.
Misalkan anda penjual batik grosir, jgn sungkan berbagi informasi ttg pakaian batik yg berkualitas.
Anda bisa juga sajikan informasi2 ini menjadi sebuah blog di toko online anda. Info2 tersebut menjadi nilai lebih bagi konsumen.
Apalagi kalo blognya bisa diakses umum secara gratis! Ingat bahwa konsumen online suka sesuatu yang gratisan






Read more ...
Designed By